Revolusi monitor dari CRT ke LCD beberapa tahun terakhir ini mengalami percepatan luar biasa. Dengan harga yang cenderung makin murah, pengguna monitor CRT mana yang tidak tergiur untuk segera mengganti monitor boros lahan mereka dengan LCD yang ramping dan gaya? Semua berbondong-bondong beralih ke LCD. Manufaktur monitor CRT pun berlomba-lomba meluncurkan seri-seri LCD baru dengan fitur dan spesifikasi yang lebih baik.
Booming LCD Picu Lemahnya QC?
Tidak hanya produk PC yang diuntungkan dengan perkembangan teknologi LCD, laptop yang secara perlahan tapi pasti mulai menggeser PC juga memanfaatkan teknologi LCD untuk layarnya. Dan untuk laptop, perkembangan keduanya bersinergi yang pada akhirnya akan meningkatkan penjualan produk dan itu berarti proses produksi yang meningkat. Lalu, bagaimana dengan kontrol kualitas yang bisa diberikan?
Beberapa masalah mulai muncul. Salah satu yang paling banyak mendapat sorotan adalah soal dead-pixel. Sebagian pelanggan merasa tidak terganggu dengan adanya beberapa dead-pixel, tetapi sebagian lainnya tidak demikian. Mereka mengibaratkan layar dengan dead-pixel seperti kacamata dengan goresan.
Informasi Yang Minim Tentang Dead-Pixel
Persaingan antar produsen LCD makin ketat. Beberapa merk bahkan berani memberikan jaminan zero-pixel-defect-tolerance yang berarti garansi tidak akan ada satupun dead-pixel pada monitor LCD dari produk yang baru dibeli. Tetapi pada saat ditemukan masalah pada layar yang tidak selalu berupa dead-pixel, produsen telah siap dengan penjelasan teknis yang tidak mudah dimengerti oleh semua kalangan mengenai kriteria dead-pixel yang termasuk dalam kategori mendapat jaminan penggantian produk.
Produsen LCD seringkali memberikan penjelasan yang terkadang terdenger seperti pembelaan, tentang betapa kompleknya teknologi LCD, banyaknya kriteria dead-pixel juga efek warna dan terangnya sebuah dead-pixel yang harus ditentukan, termasuk juga lokasi piksel yang bermasalah. Kebanyakan pelanggan tentu merasa tidak perlu tahu tentang teknologi dan segala kriteria yang ditentukan produsen LCD yang baru mereka beli.
Tapi pada kenyataannya, masing-masing produsen menetapkan kebijakan tentang dead-pixel. Sangat disayangkan, kebijakan tersebut sering terasa baru muncul ketika ada masalah dead-pixel yang menuntut penggantian. Sedikit sekali ditemukan situs resmi produk LCD yang memuat penjelasan mengenai kebijakan dead-pixel.
Tetapi tidak demikian dengan situs resmi Samsung. Pada bagian 'Support', Samsung memberikan penjelasan bahwa tidak semua dead-pixel dapat dikatakan cacat. Dengan ilustrasi yang diberikan, Samsung menetapkan jumlah minimal dead-pixel untuk masing-masing ukuran sebagai kriteria suatu LCD bisa dikategorikan defect (cacat) dan berhak mendapat penggantian.
ViewSonic yang dikenal sebagai produsen merk LCD terkemuka, justru berusaha memberikan penjelasan yang lebih teknis mengenai dead-pixel pada bagian 'Knowledge Base' yang termasuk didalamnya penjelasan tentang kriteria suatu LCD dikategorikan cacat. Tampaknya perlu bagi calon pembeli LCD untuk membekali diri dengan pengetahuan seperti yang dipaparkan ViewSonic sebelum akhirnya memutuskan untuk membeli produk yang menggunakan teknologi LCD.
Berbeda dengan Samsung dan ViewSonic, Dell tidak memberikan penjelasan lebih lanjut ketika pada bagian 'Forum' di situsnya banyak pengunjung dan pengguna LCD Dell yang berkeluh-kesah mengenai dead-pixel pada LCD Dell yang mereka terima. Beberapa justru memberikan tanggapan yang positif dan memahami adanya kebijakan jumlah minimal dead-pixel yang berlaku universal.
Kebijakan Produsen LCD Tentang Dead-Pixel
Tom's Hardware, situs yang sangat terkenal dengan 'Hardware Guide'-nya pernah suatu kali menulis mengenai dead-pixel dan secara terbuka meminta tanggapan para produsen LCD mengenai isu kebijakan dead-pixel yang dirasa tidak berpihak pada konsumen. Melihat begitu kuatnya pengaruh dan reputasi Tom's Hardware, beberapa produsen LCD segera memberikan jawaban terhadap 4 pertanyaan yang dilayangkan Tom's Hardware seputar kebijakan dan tindakan mereka terhadap isu dead-pixel. Tetapi disayangkan, beberapa merk terkemuka tidak memberikan jawaban dan salah satunya justru menolak memberikan jawaban.
*tanpa bermaksud mengurangi informasi yang disajikan, tabel beberapa merk yang tidak beredar di Indonesia tidak ditampilkan
Kebijakan dead-pixel dan kriteria suatu LCD dikategorikan cacat dan layak mendapatkan penggantian tampaknya ditanggapi berbeda oleh masing-masing merk. Bahkan pada merk yang samapun, kebijakan dan kriteria tersebut dapat berbeda. Seperti pada LG, masing-masing manufaktur di wilayah Eropa dan Amerika memberikan jawaban yang sedikit berbeda mengenai dead-pixel. Ini dapat menjadi gambaran, betapa kebijakan dan kriteria mengenai dead-pixel bisa berbeda pada wilayah distribusi lainnya.
ISO Untuk LCD
Standarisasi untuk produk monitor yang menggunakan teknologi liquid crystal display (LCD) pertama kali diajukan dalam bentuk draft pada tahun 1999 dan di-finalisasi pada tahun 2001. ISO (International Standards Organization) 13406-2 yang menjadi acuan para produsen LCD ini mengatur dan menetapkan kriteria standarisasi sebuah produk LCD dengan beberapa parameter seperti brightness, contrast, reflection, uniformity, flicker, dan tak luput mengenai defective pixels atau piksel yang cacat.
ISO 13406-2 membagi tingkat kualitas LCD hingga 4 kelas. Class-1 adalah kelas tertinggi dimana tidak mengijinkan ada satupun dead-pixel. Sementara Class-4, kelas terendah, mengijinkan adanya dead-pixel hingga 262 titik! Sebagian besar produsen LCD mengacu pada Class-2. Namun jika produsen tidak menentukan kelas mana yang menjadi acuan mereka, maka konsumen dapat menuntut kualitas Class-1. Tetapi karena terdapat Class-3 dan Class-4, produsen justru dapat mengelak ke kelas yang lebih rendah yang artinya kuaitas yang lebih buruk.
Pada ISO 13406-2, standar 'kecacatan' suatu layar LCD dibedakan dalam 4 tipe, antara lain:
1. Tipe 1: jumlah piksel yang selalu bersinar
2. Tipe 2: jumlah piksel yang selalu tidak bersinar
3. Tipe 3: jumlah piksel yang menampilkan satu warna yang sama terus-menerus seperti selalu merah, selalu hijau, atau selalu biru
4. Tipe 4: dikenal juga dengan Fault Cluster, yaitu jumlah piksel yang cacat dalam area 5×5 piksel pada suatu panel
Dengan menambahkan jumlah piksel yang cacat pada Tipe 1, Tipe 2 dan Tipe 3 akan ditemukan angka akumulasi yang menjadi acuan sebuah layar monitor dikategorikan cacat atau normal. Sedangkan Tipe 4 lebih jauh digunakan masing-masing produsen untuk menentukan kebijakan menyangkut fault cluster.
ISO 13406-2 memungkinkan Anda untuk menghitung sendiri berapa banyak dead-pixel yang ditolerir pada layar LCD Anda, karena dengan metode pendekatan ini jumlah dead-pixel yang ditolerir pada layar 21" tentu lebih banyak dibanding pada layar 15" misalnya. Simulasi perhitungan jumlah dead-pixel dapat Anda temukan disini.
Sementara Anda menghitung, tak ada salahnya untuk berterima kasih kepada Roger Frost dan Hans-Juergen Herrmann yang telah mendedikasikan waktunya untuk penelitian kualitas LCD yang meraka tuangkan dalam buku setebal 146 halaman sebagai standarisasi ISO 13406-2 yang digunakan untuk produk LCD.
Secara garis besar, ISO 13406-2 menetapkan 2 kelas standar yang harus dipatuhi oleh produsen LCD di seluruh dunia. Meskipun ISO ini belum bisa memaksa para produsen untuk memenuhi kualitas golongan Class 1, selayaknya para produsen tidak semerta-merta menggunakan ISO 13406-2 Class 2 yang saat ini dirasa sudah tidak memadai lagi. Namun selama ISO 13406-2 yang telah berumur 6 tahun sejak disahkan ini masih berlaku, tampaknya konsumen LCD harus menunggu hingga dikeluarkannya revisi ISO 13406-2 yang akan menyesuaikan dengan perkembangan teknologi LCD untuk memberikan kualitas yang lebih baik kepada konsumen.
No comments:
Post a Comment